Sejak
diinspirasikan oleh Rees (1992) ecological footprint (tapak ekologis)
sebagai sebuah metode untuk
membandingkan keberlanjutan penggunaan sumber daya antara populasi yang
berbeda menjadi sangat popular. Analisis ecological footprint
membandingkan penggunaan dan konsumsi
manusia pada alam dengan kemampuan biosfer untuk meregenerasi sumber
daya sebagai penyediakan keperluan manusia. Hal ini dilakukan dengan
menilai lahan produktif secara biologis dan wilayah laut yang dibutuhkan untuk
menghasilkan sumber daya yang dikonsumsi
dan menyerap limbah yang sesuai, dengan
menggunakan teknologi yang berlaku dan/atau sezaman.
Ecological
footprint dikategorikan
untuk karbon, makanan, perumahan, dan barang dan jasa serta sejumlah jejak total
bumi yang dibutuhkan untuk mempertahankan penduduk dunia pada tingkat konsumsi
tertentu. Pendekatan ini juga
dapat diterapkan untuk kegiatan seperti pembuatan suatu produk atau penggunaan
pesawat, bus, mobil ataupun sepeda motor .
Perhitungan ini mirip
dengan analisis siklus hidup dimana konsumsi energi, biomassa (makanan, serat), bahan
bangunan , air dan sumber
daya lainnya yang diubah menjadi ukuran
normal per hektar lahan.
Analisis ecological footprint merupakan cara membandingkan konsumsi dan
gaya hidup, serta mencermati kemampuan alam untuk menyediakan
konsumsi ini. Alat ini dapat menginformasikan kebijakan dengan mencermati
sejauh mana komunitas menggunakan lebih (atau kurang) daripada yang
tersedia dalam wilayahnya, atau sejauh
mana gaya hidup komunitas akan
direplikasi di seluruh dunia. Jejak ini juga dapat menjadi alat yang berguna untuk mendidik masyarakat tentang daya
dukung dan konsumsi
berlebihan,
dengan tujuan mengubah perilaku pribadi.
Ecological footprint dapat
digunakan untuk menyatakan bahwa gaya hidup saat ini banyak yang tidakberkelanjutan. Misalnya, perbandingan
global jelas menunjukkan kesenjangan penggunaan sumber daya di planet ini pada
awal abad kedua puluh satu. Pada tahun
2007, daerah produktif secara biologis di seluruh dunia rata-rata per orang adalah sekitar 1,8 hektar
dunia (gha)
per kapita. The US footprint per kapita adalah 9,0 gha, dan bahwa Swiss adalah 5,6 gha, sementara China 's adalah 1,8. The WWF mengklaim bahwa ecological footprint manusia telah melampaui biocapacity (pasokan yang tersedia dari sumber daya alam)
planet sebesar 20%.
Wackernagel dan Rees awalnya memperkirakan bahwa kapasitas biologis yang
tersedia untuk 6 milyar orang di bumi pada waktu itu sekitar 1,3 hektar per
orang, yang lebih kecil dari 1,8 hektar global yang diterbitkan untuk tahun
2006, karena studi awal tidak digunakan hektar global maupun meliputi wilayah
laut bioproductive.
Laporan WWF terbaru melalui Living
Planet Report 2012 mengetengahkan
perbandingan ecological footprint tiap negara dan Amerika serikat sebagai tolok
ukur pembanding. Laporan ini merupakan instrumen yang memberi
gambaran dan penilaian terhadap keragaman hayati dan pemanfaatannya oleh
manusia, serta menjadi sarana utama untuk mengangkat dan menyebarkan informasi
tentang konsep ini kepada masyarakat luas.
Ecological
footprint setiap orang tidak selalu sama, juga terdapat perbedaan
besar antara tiap-tiap negara, khususnya jika terdapat perbedaan pada tingkat
perekonomian dan pembangunannya.
Living Planet Report (LPR) 2012 menunjukkan
bahwa negara berpendapatan tinggi memiliki ecological footprint rata- rata tiga kali lipat
dari negara berpendapatan menengah dan rata-rata lima kali lipat dibandingkan
negara berpendapatan rendah. Sepuluh negara yang paling boros atau mempunyai
jejak ekologis terbesar per orang dalam menggunakan sumber daya buminya adalah: Qatar, Kuwait, Uni Emirat Arab, Denmark,
Amerika Serikat, Belgia, Australia, Kanada, Belanda dan Irlandia. Menurut analisis WWF meningkatnya
perekonomian negara-negara BRIICS (Brazil, Rusia, India, Indonesia, Cina dan
Afrika Selatan) telah menaikkan jejak ekologis per kapita sebesar 65 persen
sejak tahun 1961. Gambar 1
memperlihatkan perbandingan ecological
footprint antar beberapa negara.